AGAR RINGAN DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN HIDUP (BAG. 2)

whatsapp-image-2016-11-22-at-09-19-20

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله ربّ العالمين والصلاة والسلام على رسول الله الأمين وعلى آله وصحبه أجمعين، أَمَّا بَعْدُ

Ikhwan dan akhwat rahimani wa rahimakumullāh.

Jelasnya setiap kita pasti memiliki masalah, tetapi ada orang yang memiliki sekian banyak masalah dan dia mampu untuk menghadapi masalah itu dengan cerah, ringan dan tanpa beban.

Sebaliknya, ada orang yang memiliki hanya satu dua masalah bahkan mungkin masalah yang dia hadapi itu termasuk masalah kecil dan sederhana namun dia menghadapi masalah itu seakan sebagai masalah yang sangat besar.

Dia memperbesar persoalan hidupnya lebih dari kenyataan yang sebenarnya.

Sehingga dia menyikapi secara berlebihan dan karenanya dia menjadi menderita meskipun dia hanya menghadapi masalah yang sederhana, masalah yang menyangkut tentang dirinya.

Sementara ada orang yang memiliki sekian banyak masalah, memikirkan masalah yang sedemikian berat, tidak hanya masalah yang menyangkut dirinya tapi menyangkut ribuan orang, menyangkut sekian banyak orang akan tetapi dia masih bisa menyelesaikan dengan senyuman, dengan segala bentuk keringanan hidup dan dia tidak ada beban.

Ikhwan dan akhwat, rahimani wa rahimakumullāh.

Ada juga orang yang kemudian mengambil sebuah kesimpulan pintas dan praktis bahwa semua masalah akan bisa diselesaikan dengan uang.

Karena dengan uang semua bisa diselesaikan, semua bisa ditutupi.

Apabila ini adalah sesuatu yang benar tentu kita tidak akan mendengar seperti di Amerika (misalnya), ada seorang milyuner yang merasa bahwa hartanya yang melimpah, karyawannya yang berjumlah ribuan, malah memenjarakan dirinya. Malah dia mengatakan bahwa hartanya itulah yang menjadi sumber masalah bagi dia.

Karena itu kita sebagai seorang muslim, hendaknya kembali kepada apa yang diajarkan oleh Allāh dan Rasūl-Nya, bagaimana semestinya kita menghadapi persoalan-persoalan hidup.

Timbul satu pertanyaan besar, dari manakah kita memulai jawaban?

Dari manakah kita bisa menghadapi persoalan hidup, baik yang berat maupun yang ringan dengan tanpa beban dengan tanpa meninggalkan persoalan-persoalan baru?

Dari kasus-kasus kehidupan yang nyata dan real di dalam masyarakat, ternyata kita melihat antara satu orang dengan yang lainnya memiliki prespektif yang berbeda, cara pandang yang berbeda, untuk menyelesaikan persoalan-persoalan hidup.

Kalau di dalam pandangan Islām, di dalam prespektif Islām, kunci utama sehingga kita bisa menghadapi hidup ini dengan ringan dengan lapang, betapapun banyak masalah yang kita hadapi dan yang harus kita selesaikan, adalah dengan imān yang kokoh kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Menurut konsep Islām, sesuatu yang sifatnya materi atau di luar diri manusia tidaklah sebagai solusi dari persoalan hidup.

Betapa banyak orang yang banyak uang, memiliki popularitas, memiliki jabatan yang tinggi tapi malah tidak kuat menanggung beban dan masalah hidup.

Karena dengan hartanya yang banyak dan dengan semakin tinggi jabatan, semakin tenar seseorang maka semakin banyak persoalan-persoalan yang dia hadapi. Baik berkaitan dengan relasinya, berkaitan dengan apa yang harus dia jaga dari hartanya dan sebagainya.

Akhirnya, bahkan di antara mereka, karena tidak kuat menanggung berbagai problem hidup itu, ada diantaranya yang kemudian stres atau malah bunuh diri, sebagaimana kita sudah sebutkan beberapa contoh yang tadi.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla, berkaitan dengan kunci kita sebagai seorang muslim dalam menghadapi hidup, menyatakan sebuah petunjuk di dalam firman-Nya:

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَىٰ* وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

“Maka jika datang kepadamu petunjuk dariku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjukku dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka, dan barang siapa yang berpaling dari peringatanku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”

(QS Thaha: 123-124)

Dalam tafsir Al Aisarit Tafāsīr karya Syaikh Al Jazairy disebutkan tentang ayat ini bahwa:

“Mengikuti petunjuk Allāh berarti beriman terhadap petunjuk Allāh itu, sekaligus mengamalkannya. Jika demikian maka tidak akan tersesat orang itu dalam kehidupannya baik di dunia dan dia tidak akan celaka dalam kehidupannya nanti di akhirat.”

Sebaliknya dalam tafsir yang sama disebutkan:

“Barang siapa yang tidak beriman kepada Allāh tidak mau mengamalkan petunjuk yang diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka dia akan merasakan balasan dari Allāh berupa kehidupan yang sempit, tidak akan bisa merasakan kebahagiaan hidup dalam dunianya apalagi nanti ketika dia di giring di alam akhirat pada hari kiamat.”
__________

Mari bersama mengambil peran dalam dakwah…
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah

1. Pembangunan & Pengembangan 100 Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia

Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/

Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
——————————————⁠⁠⁠⁠

🌍 BimbinganIslam.com
Selasa, 22 Shafar 1438 H / 22 November 2016 M
👤 Ustadz Dr. Ainul Haris, Lc. MA
📔 Materi Tematik | Agar Ringan Dalam Menghadapi Permasalahan Hidup (Bag.2)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AH-ARDMPH-02

Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar